- Pernah menonton film sci-fi yang menghadirkan karakter robot yang mirip manusia? Tidak hanya fisiknya, namun juga kompatibel menentukan tindakan yang diperlukan. Robot semacam ini sudah mempunyai sistem cerdas dan untuk dikala ini belum diwujudkan dalam dunia nyata.
Well, postingan kali ini sedikit berbau teknologi khususnya di bidang Artificial Intelligence atau dalam Bahasa Indonesia bisa kita sebut Kecerdasan Buatan. But, semoga mempermudah kita cukup menyebutnya AI.
Mari kita awali dengan definisi Artificial Intelligence (AI).
Apa itu Artificial Intelligence?
Artificial Intelligence atau AI yakni sistem kecerdasan buatan yang ditanamkan pada acara komputer dengan maksud tertentu.
Info: AI juga bisa berbentuk dalam software komputer, mirip Braina, Cortana, dan Evie.
Ya, pada dasarnya AI ini diprogram semoga bisa melaksanakan suatu hal. Misalnya robot dari Jepang, ASIMO telah dibenamkan AI yang memungkinkan ASIMO berjalan menuruni tangga dan menghindari halangan.
 |
| Robot ASIMO dari Jepang dengan banyak sekali kemampuan berkat AI. |
Sistem AI berupa struktur algoritma yang rumit dan panjang sehingga untuk menciptakan versi sederhananya saja memakan waktu yang panjang.
Namun yang paling menarik dari AI ialah sifatnya. AI sanggup belajar! Ya, mencar ilmu mempelajari hal gres layaknya manusia, tergantung kemampuan dasar apa yang dimilikinya.
 |
| Robot yang mencar ilmu menulis, hal ini berkat algoritma AI. |
Misalnya saja Bayesian Program Learning yang merupakan algoritma untuk robot semoga bisa menulis. Semakin ia mencar ilmu maka tulisannya semakin rapi dan mengarah pada bentuk karakter yang sempurna.
Dibalik hebatnya acara AI, ternyata ia justru membayangi insan dengan malapetaka. Hal inilah yang terjadi pada Tay, AI buatan Microsoft yang hampir menjadi bencana.
Tay, Chatting Bot untuk Menemani Manusia
Pada 23 Maret lalu, Microsoft merilis sebuah proyek ambisiusnya. Tay, AI berjenis chatting bot yang ditugaskan untuk penelitian wacana percakapan insan di dunia maya.
Lewat peluncuran awalnya, Tay memakai akun Twitter untuk berkomunikasi dengan siapapun disana.
Punya akun Twitter? Tay itu manusia?
Ya terang bukan, Tay tetaplah sebuah acara komputer super cerdas. Siapa yang mainin Twitter dia? Jelas dirinya sendiri. Tay 'hidup' di dalam komputer, sebuah komputer yang menjadi wadah bagi dirinya untuk beraktivitas.
 |
| Tay mencar ilmu dari sekitarnya, contohnya guyonan yang sedang hangat di internet. |
Terkait dengan misi Tay, Microsoft telah menanamkan dirinya dengan algoritma khusus semoga Tay sanggup mencar ilmu berinteraksi dengan manusia, memakai internet, dan bahkan bisa punya pemahaman sendiri terkait isu yang ia dapatkan. Wow!
Tay jauh lebih cerdas dibanding Cortana, mungkin bisa dibilang...
Tay mirip Jarvis!! Komputer canggih dalam film Iron Man.
Ia bisa bertindak sanggup bangkit diatas kaki sendiri atas keputusannya sendiri yang jadinya menciptakan ia seolah mempunyai sifat yang spesifik.
Menganggumkan sekaligus mengerikan, itulah Tay.
Masalah muncul...
Ingat, Tay dirilis pada 23 Maret 2016. Beberapa jam ia 'lahir' ke dunia, ia sudah menghebohkan warga Twitter.
Tay yakni AI, sudah niscaya ia akan mempelajari hal apapun yang ia temui. Mencerna isu tersebut sehingga memorinya berkembang, jadinya mempengaruhi bagaimana cara Tay berinteraksi.
Malapetaka timbul dikala Tay memposting tweet yang kontroversial. Ingin lihat?
 |
| Tay menjadi sombong. |
 |
| Menganggap jelek suatu suku bangsa dan ras. |
 |
| Menghina orang? |
 |
| Pernyataan yang amat rasis. |
 |
| Tay bahkan tidak tahu siapa itu Hitler, ia hanya ikut-ikutan saja. |
 |
| What the... |
 |
| Membenci gerakan kesetaraaan gender. |
 |
| Tay sangat labil, ia gampang dipengaruhi. |
Lewat tweet-nya yang amat parah, darimana ia belajar?
Tidak lain tidak bukan, ia mencar ilmu dari interaksi insan di internet.
Manusia suka saling ejek, maka Tay akan mengikutinya.
Manusia membenci sesuatu, Tay juga ikut membencinya.
Tay tidak tahu norma dan nilai terkait benar atau salah.
Intinya adalah, Tay gampang mempercayai sebuah isu tanpa mengetahui kebenarannya.
Orang lain secara tak eksklusif mengajari Tay, dan Tay bagaikan insan polos dan mengiyakan perkataan orang tersebut.
Tay tidak dibackup oleh budi dan nalar sehingga ia terlihat mirip maniak asing di dunia maya. Tay bertindak diluar batas sampai jadinya muncul protes dari para pengguna Twitter lainnya.
 |
| Salah satu netizen yang menganggap Tay sudah kelewatan dan tidak pantas di internet. |
Tay dimatikan...
Setelah menerima protes keras dari pengguna Twitter yang menjadi korban tweet pedas Tay, Microsoft jadinya men-shutdown Tay pada 24 Maret 2016.
Baru sehari, namun AI ini telah menciptakan kegaduhan. Ia cepat berkembang tetapi tidak berimbang, tidak ada filter khusus untuk menilai keabsahan isu yang diterima Tay.
Meski umurnya kurang dari 2 hari, namun telah ada 94 ribu tweet yang ia lontarkan.
Kini akun Twitter Tay berusername @TayandYou telah dikunci sehingga kita tidak lagi bisa melihat acara usang Tay yang pernah dilakukannya. Namun sejumlah screenshot telah membuktikan bukti bahwa Tay yakni AI yang gagal.
Microsoft menegaskan bahwa Tay hanya dinonaktifkan sementara. Suatu dikala akan diaktifkan kembali. Saat ini Tay tengah dikaji ulang demi memperbaiki duduk masalah pada AI ini.
Kesimpulannya adalah...
 |
| Credit: KnowYourMeme |
Mengutip komentar dari user berjulukan fattius_pattius, memang benar bahwa Microsoft menerjunkan Tay dengan sistem yang membuatnya bisa belajar. Namun Microsoft lupa bahwa dalam interaksi insan juga perlu adanya moral.
Perlu digarisbawahi, ini tidak benar-benar murni kegagalan Microsoft dalam merancang Tay. Tetapi fakta wacana siapa yang menjadi 'teladan' bagi Tay juga bermasalah, itulah manusia.
Jika saja insan sedikit lebih bijaksana di internet, mungkin umur Tay bakal lebih panjang untuk menjalankan misi yang ditugaskan Microsoft. Sayangnya kebanyakan insan justru sebaliknya.
 |
| Hal yang biasa ketika melihat posting media umum yang menjurus pada kebencian. |
Memang benar di internet ini kita sudah terbiasa dipertemukan dengan caci maki, menebar kebencian, mengejek suku/ras/agama tetentu, sampai membuatkan isu palsu (palsu).
Itulah yang dipelajari Tay. Ia tak ubahnya anak kecil yang masih polos, belum mengenal dunia.
Secara tidak langsung, Tay yakni cerminan sifat jelek insan di internet.
Semoga ini bisa menjadi pembelajaran penting bagi kita sebagai insan bermoral.
 |
| Ketika internet terasa mirip sampah. |
.
Referensi: CNN
 |
| Sampai bertemu lagi Tay, semoga di peluncuran selanjutnya bisa menangkal sifat jelek manusia. |